Pemerintahan Trump Membuka Kembali Hutan Belantara Alaska untuk Pengeboran dan Penambangan

28

Pemerintahan Trump telah membatalkan pembatasan yang diterapkan pada era Biden, dengan mengizinkan pengeboran dan penambangan minyak dan gas di separuh Cadangan Minyak Nasional-Alaska (NPR-A), sebuah hamparan tundra dan lahan basah Arktik yang rapuh seluas 23 juta hektar. Langkah tersebut, yang diumumkan pada hari Kamis, membuka peluang pembangunan di wilayah yang penting bagi karibu, beruang grizzly, burung yang bermigrasi, dan praktik subsisten penduduk asli Alaska.

Perubahan Kebijakan dan Keamanan Energi

Keputusan tersebut membalikkan kebijakan pemerintahan Biden yang diterapkan tahun lalu untuk melindungi 13 juta hektar lahan di NPR-A. Menteri Dalam Negeri Doug Burgum menyatakan bahwa pembukaan kembali cadangan tersebut akan “membuka potensi energi Alaska, menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Lereng Utara, dan memperkuat keamanan energi Amerika.” Langkah ini sejalan dengan strategi pemerintahan Trump yang lebih luas untuk secara agresif memperluas produksi bahan bakar fosil di seluruh Amerika Serikat, termasuk menyelesaikan rencana pengeboran di Suaka Margasatwa Nasional Arktik dan proposal yang akan datang untuk membuka wilayah lepas pantai yang luas untuk pengembangan minyak dan gas.

Dukungan Industri dan Politik

Pengumuman tersebut mendapat pujian dari para pendukung industri minyak dan anggota parlemen Alaska. Gubernur Mike Dunleavy menyebutnya sebagai “sebuah langkah menuju arah yang benar bagi Alaska dan dominasi energi Amerika,” sementara Senator Dan Sullivan memujinya sebagai “hari baru yang penuh dengan peluang bagi masyarakat Alaska.” Keputusan tersebut mengembalikan peraturan ke peraturan yang ditetapkan pada tahun 1977, sehingga memudahkan perizinan untuk operasi pengeboran dan penambangan.

Masalah Lingkungan dan Masyarakat Adat

Kelompok lingkungan hidup dan beberapa komunitas penduduk asli Alaska mengutuk tindakan tersebut. Pengacara Earthjustice Erik Grafe menggambarkannya sebagai “agenda bahan bakar fosil yang sembrono,” sementara Monica Scherer dari Alaska Wilderness League menuduh Departemen Dalam Negeri mengabaikan ribuan komentar masyarakat yang menentang pengeboran di cagar alam tersebut. NPR-A, awalnya ditujukan sebagai pasokan bahan bakar darurat untuk Angkatan Laut pada awal tahun 1900-an, kemudian dimaksudkan untuk pembangunan yang seimbang di bawah mandat Kongres tahun 1976.

Respon Masyarakat Adat yang Terbagi

Komunitas adat masih terpecah. Meskipun ada yang mendukung manfaat ekonomi, ada pula yang menekankan risiko lingkungan dan ancaman terhadap praktik subsisten tradisional. Nagruk Harcharek, presiden Voice of the Arctic Inupiat, menyatakan bahwa langkah tersebut mengakui “penentuan nasib sendiri di Lereng Utara Inupiaq.” Namun, keputusan tersebut menimbulkan kekhawatiran mengenai percepatan dampak perubahan iklim di wilayah yang mengalami pemanasan dua hingga tiga kali lebih cepat dibandingkan wilayah lain di AS, sehingga mengganggu stabilitas lapisan es, es laut, dan ketahanan pangan masyarakat adat.

Pembalikan perlindungan era Biden menggarisbawahi komitmen pemerintahan Trump terhadap perluasan bahan bakar fosil meskipun ada penolakan dari masyarakat adat dan lingkungan hidup. Konsekuensi jangka panjang terhadap ekosistem Arktik yang rapuh dan komunitas lokal masih belum jelas