Menavigasi Perbatasan Etis: UNESCO Menetapkan Standar untuk Neuroteknologi

23

Bidang neuroteknologi yang berkembang pesat, sering disamakan dengan “wild west”, semakin menarik perhatian internasional dan memerlukan pedoman etika. Sebagai tanggapannya, UNESCO telah mengadopsi serangkaian standar global yang bertujuan mengatur sektor yang sedang berkembang ini – sektor yang memanfaatkan data dari otak dan sistem saraf. Langkah ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran mengenai potensi risiko dan manfaat teknologi yang mampu mempengaruhi dan menafsirkan aktivitas otak.

Apa itu Neuroteknologi dan Mengapa Mendadak Mendesak?

Neuroteknologi mencakup berbagai alat dan teknik yang berinteraksi dengan sistem saraf. Mulai dari antarmuka otak-komputer yang canggih hingga perangkat kelas konsumen seperti earbud yang diklaim dapat membaca aktivitas otak dan kacamata yang melacak pergerakan mata, bidang ini mengalami inovasi pesat dan investasi besar. Kemajuan terkini dalam kecerdasan buatan (AI) telah secara signifikan meningkatkan kemungkinan untuk memecahkan kode data otak yang kompleks, sehingga mempercepat kebutuhan akan pengawasan yang bertanggung jawab.

“Tidak ada kendali,” kata kepala bioetika Unesco, Dafna Feinholz. “Kita harus menginformasikan kepada masyarakat tentang risiko, potensi manfaat, alternatifnya, sehingga masyarakat mempunyai kemungkinan untuk mengatakan ‘Saya menerima, atau saya tidak menerima’.”

Standar Etika UNESCO: Kerangka Inovasi yang Bertanggung Jawab

Standar baru UNESCO mewakili langkah proaktif untuk memastikan pengembangan etis dan penerapan neuroteknologi. Mereka mendefinisikan kategori data baru – “data saraf” – dan menawarkan daftar komprehensif yang berisi lebih dari 100 rekomendasi, mulai dari melindungi hak-hak individu hingga mengatasi skenario yang berpotensi futuristik. Ini termasuk kekhawatiran tentang perusahaan yang berpotensi menggunakan neuroteknologi untuk iklan bawah sadar selama mimpi.

Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, menekankan pentingnya mencapai keseimbangan antara mendorong inovasi dan melindungi hak asasi manusia, dengan menyatakan bahwa standar baru ini akan “mengabadikan pikiran manusia yang tidak dapat diganggu gugat.”

Investasi, Regulasi, dan Kekhawatiran yang Muncul

Miliaran dolar telah dikucurkan untuk usaha neuroteknologi dalam beberapa tahun terakhir. Contohnya berkisar dari investasi Sam Altman di Merge Labs hingga pengembangan gelang Meta yang memungkinkan pengguna mengontrol perangkat melalui pembacaan gerakan otot. Masuknya investasi ini telah mendorong gelombang paralel upaya regulasi. Forum Ekonomi Dunia baru-baru ini mengeluarkan seruan untuk kerangka kerja berorientasi privasi, sementara Senator AS Chuck Schumer memperkenalkan Mind Act. Beberapa negara bagian AS juga telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi “data saraf”.

Kekhawatiran utama yang mendorong upaya regulasi ini adalah perlindungan data pribadi. Standar UNESCO secara eksplisit membahas perlunya “privasi mental” dan “kebebasan berpikir.”

Namun, beberapa kritikus menyatakan skeptisismenya, dengan alasan bahwa upaya legislatif sering kali dipicu oleh kecemasan distopia dan mungkin secara tidak sengaja menghambat kemajuan medis yang menjanjikan. Kristen Mathews, seorang pengacara yang berspesialisasi dalam masalah privasi mental, berpendapat bahwa rasa takut membaca pikiran sering kali terlepas dari potensi bahaya yang sebenarnya.

Sejarah Neuroteknologi: Dari EEG hingga Antarmuka yang Didukung AI

Meskipun prinsip inti neuroteknologi telah ada selama lebih dari satu abad – dengan ditemukannya electroencephalogram (EEG) pada tahun 1924 – gelombang inovasi saat ini didorong oleh kemampuan AI untuk memproses data dalam jumlah besar. AI telah secara dramatis meningkatkan potensi untuk menafsirkan aktivitas otak, sehingga meningkatkan kekhawatiran privasi baru.

Potensi penerapan medis dari neuroteknologi yang didukung AI sangatlah besar. Terobosan terbaru mencakup antarmuka otak-komputer bertenaga AI yang memungkinkan pasien lumpuh untuk memecahkan kode ucapan, dan penelitian menunjukkan bahwa AI pada akhirnya mungkin dapat merekonstruksi gambar dari pemikiran yang terfokus. Namun, Mathews memperingatkan agar tidak membiarkan hype mendistorsi fokus pada risiko di dunia nyata.

Mendefinisikan Cakupan: Catatan Perhatian tentang “Data Neural”

Meskipun perangkat yang berorientasi konsumen menimbulkan masalah privasi yang sah—yang merupakan fokus utama standar UNESCO—Mathews berpendapat bahwa konsep “data saraf” mungkin terlalu luas. Fokusnya harus pada aktivitas seperti memonetisasi data saraf dan menggunakannya untuk periklanan perilaku, daripada mencoba mengatur semua data yang terkait dengan otak. Peraturan yang terlalu luas, menurutnya, berisiko menghambat inovasi dan gagal mengatasi permasalahan yang paling memprihatinkan.

Perkembangan neuroteknologi saat ini berfokus pada peningkatan antarmuka otak-komputer dan perkembangan perangkat tingkat konsumen, yang telah meningkatkan kekhawatiran privasi. Upaya UNESCO untuk menciptakan standar global bertujuan untuk memastikan bahwa teknologi canggih ini dikembangkan secara bertanggung jawab dan etis, menjaga hak-hak individu sekaligus memungkinkan kemajuan ilmu pengetahuan yang berkelanjutan.