Teleskop Luar Angkasa Romawi Akan Merevolusi Studi Planet Eksoplanet dan Galaksi

10

Teleskop Luar Angkasa Nancy Grace Roman milik NASA, bahkan sebelum diluncurkan dalam 12-18 bulan ke depan, sudah melampaui ekspektasi. Para peneliti sekarang mengkonfirmasi bahwa teleskop tersebut akan mampu mengukur gelombang seismik di lebih dari 300.000 bintang raksasa merah—sebuah kemampuan yang secara mendasar akan mengubah cara kita mempelajari exoplanet dan struktur Bima Sakti.

Kemampuan Unik Teleskop

Teleskop Luar Angkasa Romawi adalah instrumen survei yang menampilkan cermin berukuran 2,4 meter (8 kaki), sebanding dengan Hubble, tetapi dengan bidang pandang 100 kali lebih besar. Misi utamanya meliputi mempelajari materi gelap, energi gelap, dan melakukan Survei Domain Waktu Tonjolan Galaksi (Galactic Bulge Time-Domain Survey), yang akan memeriksa jutaan bintang di tonjolan pusat Bima Sakti. Survei ini akan berfokus pada pendeteksian exoplanet melalui pelensaan mikro gravitasi, sebuah teknik yang memanfaatkan lengkungan ruangwaktu untuk memperbesar cahaya dari objek yang jauh.

Metode ini memungkinkan deteksi bahkan ketika planet terlalu redup untuk dilihat secara langsung. Teleskop akan mengamati kecerahan sementara saat gravitasi planet membelok dan memperkuat cahaya dari bintang di latar belakang. Hal ini berbeda dengan osilasi bintang, dimana getaran internal menyebabkan fluktuasi kecerahan yang halus.

Asteroseismologi: Membuka Rahasia Bintang

Studi tentang getaran bintang ini—asteroseismologi —mengungkapkan massa, ukuran, dan usia sebuah bintang. Informasi ini sangat berharga untuk memahami planet-planet yang mengorbitnya. Teleskop Luar Angkasa Kepler sebelumnya mengukur data asteroseismik untuk 150.000 bintang, namun Roman siap untuk mengerdilkan jumlah tersebut.

Dengan menganalisis data Kepler menggunakan kemampuan yang diharapkan Roman, para ilmuwan kini memperkirakan bahwa alat tersebut akan mendeteksi osilasi pada bintang raksasa merah dengan akurasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Raksasa merah terang dan sering bergetar, menjadikannya target ideal untuk pengamatan irama 12 menit Roman selama 70,5 hari.

“Asteroseismologi dengan Roman dimungkinkan karena kita tidak perlu meminta teleskop melakukan apa pun yang belum direncanakan sebelumnya,” jelas Marc Pinsonneault dari Ohio State University.

Tonjolan Galaksi: Jendela Sejarah Bima Sakti

Survei Roman akan fokus pada tonjolan Bima Sakti—bagian tertua galaksi kita, rumah bagi lubang hitam supermasif Sagitarius A*. Banyak bintang di wilayah ini berevolusi menjadi raksasa merah, dan Roman diperkirakan akan mengamati gelombang seismik di lebih dari 300.000 bintang, yang berpotensi mencapai 648.000 dalam proyeksi tertentu. Ini akan menjadi kumpulan data asteroseismik terbesar yang pernah dikumpulkan.

Memahami bintang induk ini akan menyempurnakan pencarian kita akan planet ekstrasurya yang layak huni. Yang lebih penting lagi, teleskop ini juga akan menjelaskan nasib planet-planet seiring dengan berkembangnya bintang-bintang mereka menjadi raksasa merah. Planet-planet yang dekat dengan bintang akan hancur, namun planet-planet yang lebih jauh mungkin akan bertahan. Pengamatan ini akan membantu para astronom memahami kemungkinan nasib tata surya kita, mengingat Merkurius, Venus, dan Bumi berpotensi mengalami kehancuran seiring bertambahnya usia Matahari.

Beyond Exoplanet: Mengungkap Masa Lalu Bima Sakti

Data asteroseismik juga akan menjadi panduan bagi sejarah Bima Sakti, khususnya tonjolannya yang tertutup debu dan sulit diamati dalam cahaya tampak. Usia bintang yang terungkap melalui osilasi ini akan memberikan petunjuk tentang pembentukan dan evolusi galaksi.

“Kita sebenarnya tidak tahu banyak tentang tonjolan galaksi kita… Bagaimana jika ada bintang-bintang muda terkubur di sana? Roman akan membuka jendela yang sangat berbeda mengenai populasi bintang di pusat Bima Sakti. Saya siap untuk terkejut,” kata Pinsonneault.

Penemuan bintang-bintang muda yang tak terduga di tonjolan tersebut akan menantang model evolusi galaksi saat ini. Pengamatan Roman menjanjikan langkah transformatif dalam astrofisika, jauh melampaui tujuan awalnya.

Teleskop Luar Angkasa Romawi akan menghasilkan kumpulan data yang belum pernah ada sebelumnya, tidak hanya merevolusi ilmu pengetahuan tentang planet ekstrasurya tetapi juga memberikan wawasan penting tentang struktur, sejarah, dan masa depan galaksi kita.